وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Rabb
kalian berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan kabulkan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
ke neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.'"[2]
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
jika ia memohon kepada-Ku. Karena itu, hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada di atas kebenaran.
"[3]
Nabi صلي الله عليه وسلم
bersabda:
الدُّعَاءُ
هُوَالعِبَادَةُ، قَلَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
اِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَيْ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ
يَسْتَحْيِيْ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّ
هُمَاصِفْرًا
"Sungguh, Rabb
kalian Tabaraka wa ta 'ala Maha Pemalu dan Mahamulia. Dia malu kepada hamba-Nya
jika ia mengangkat kedua tangannya (berdoa) kepada-Nya, lalu membiarkan tanpa
memberinya. "[5]
مَامِنْ
مُسْلِمٍ يَدْعُوْ اللهَ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيْعَةُ
رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَيْ ثَلاَثٍ: إِمَّاأَنْ تُعَجَّلَ لَهُ
دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَالَهُ فِيْ اللآخِرَةِ وَإِمَّ أَنْ يَصْرِفَ
عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِسْلِهَا. قَالُوْا: إِذًا نُكْثِرَ. قَالَ: اللهُ
أَكْثَرُ.
"Tidaklah
seorang muslim berdoa kepada Allah yang di dalammya tidak ada unsur dosa dan
pemutusan hubungan keluarga kecuali Allah pasti memberikan salah satu di antara
tiga hal ini: doanya segera dikabulkan, Dia menyimpannya di akhirat untuknya,
atau Dia menghindarkan orang tersebut dari kejelekan yang sebanding. " Mereka berkata, "Kalau begitu, kami akan memperbanyak doa."
Beliau bersabda, "Allah lebih
banyak (mengabulkan). "[6]
adab-adab dan sebab-sebab terkabulnya doa
1. Ikhlas untuk Allah semata.
2.
Memulai dan menutup
doa dengan memuji Allah, lalu bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallama.
3.
Mantab dalam berdoa
dan yakin akan dikabulkan.
4. Sungguh-sungguh dan
terus-menerus dalam berdoa serta tidak tergesa-gesa
5.
Menghadirkan hati
dalam berdoa
6.
Berdoa dalam
keadaan suka maupun duka.
7. Hanya meminta kepada Allah.
8.
Tidak mendoakan
kejelekan untuk keluarga, harta, anak, dan jiwa.
9.
Merendahkan suara
ketika berdoa, yakni tengah-tengah antara pelan dan keras.
10. Mengakui dosa, lalu memohon ampunan dan mengakui nikmat, lalu bersyukur
kepada Allah.
11. Tidak bersajak dalam mengucapkan doa.
12. Merendahkan diri, khusyu', penuh harap, dan takut.
13.
Mengembalikan
setiap hal yang diambil secara zhalim kepada yang berhak dengan disertai
taubat.
14. Mengucapkan doa tiga kali.
15. Menghadap kiblat.
16. Mengangkat dua tangan ketika berdoa.
17.
Berwudhu sebelum
berdoa jika mudah dilakukan.
18. Tidak melampaui batas dalam berdoa.
20. Bertawassul kepada Allah dengan menggunakan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia,
atau dengan amal shalih yang pernah ia kerjakan, atau dengan cara minta
didoakan oleh orang shalih yang masih hidup dan ada bersamanya.
21.
Hendaknya makanan,
minuman, dan pakaiannya berasal dari hasil yang halal.
22. Tidak berdoa untuk melakukan perbuatan dosa atau memutus tali
silaturrahim.
23. Menyuruh perkara yang baik dan mencegah perbuatan yang mungkar.
24. Menjauhkan diri dari
segala bentuk kemaksiatan.
[1] Dikutip dari: Sembuh dan Sehat Cara Nabi صلي الله عليه وسلم Karya: Syaikh Dr. Sa’id bi Ali
bin Wahf al-Qahthani, Terbitan: Maktabah Al-Hanif
[4] Abu
Dawud: 5/211 dan Ibnu Majah: 2/1258. Lihat: Shahih al-Jami'ish-Shaghir. 3/150 dan Shahih Ibni Majah: 2/324.
[5] Ditakhrij
(dikeluarkan) oleh Abu Dawud: 2/78, at-Tirmidzi: 5/557, dan Ibnu Majah: 2/1271.
Ibnu Hajar berkata, "Sanadnya bagus." Lihat: Shahih at-Tirmidzi: 3/ 179
[6] At-Tirmidzi:
5/566, 5/462 dan Ahmad:
3/18. Lihat: Shahih
al-Jami': 5/116
dan Shahih
at-Tirmidzi: 3/
140
[7] Terdapat riwayat dari Nabi صلي الله عليه وسلم bahwa
beliau memulai doa untuk dirinya sendiri, tetapi juga ada riwayat dari beliau
bahwa beliau tidak memulai berdoa untuk dirinya lebih dahulu, seperti doa
beliau untuk Anas, Ibnu 'Abbas, Ummu Ismail, dan lain-lain. Lihat masalah ini
secara rinci dalam Syarh Shahih
Muslim karya an-Nawawi: 15/144, Tuhfatul-Ahwadzi
Syarh Sunan at-Tirmidzi: 9/ 328, dan al-Bukhari dalam Fathul-Bari:
1/218.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar