Syaikh Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf
al-Qahthani
Dikutip dari buku:
Sembuh dan Sehat Cara Nabi صلي الله عليه وسلم
Karya: Syaikh Sa’id bin ‘Ali Wahf al-Qahthani
Terbitan: Mahtabah al-Hanif, Yogyakarta 2009
Dapatkan
> 400 e-Book Islam di..
MENGOBATI PENYAKIT
HATI
Hati itu ada tiga macam:
1. Hati yang Bersih, Sehat, dan Selamat
(Qalbun Salim)
Tidak
ada yang selamat pada hari Kiamat kelak kecuali orang yang datang dengan hati
yang selamat lagi bersih. Allah Ta'ala
berfirman:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ
سَلِيمٍ.
“(Yaitu) hari yang tidak berguna
lagi harta dan anak-anak laki-laki. kecuali orang-orang yang datang menghadap
Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)
Hati yang selamat atau bersih adalah hati yang
terbebas dari setiap syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah,
bersih dari setiap syubhat yang menentang berita dari-Nya, bersih dari setiap
bentuk ibadah kepada selain- Nya, dan terbebas dari pengambilan hukum kepada
selain Rasul-Nya. Intinya, hati yang bersih dan sehat adalah hati yang selamat
dari segala bentuk perbuatan syirik kepada Allah dan hati yang mengikhlaskan
semua ibadah hanya kepada Allah, baik dalam hal kehendak, cinta, tawakkal,
taubat, kembali, takut, dan berharap, serta hati yang mengikhlaskan semua
amalan hanya kepada Allah. Ia mencintai hanya karena Allah, membenci hanya
karena Allah, dan memberi atau tidak memberi hanya karena Allah. Keinginan,
cinta, tujuan, badan, amalan, tidur, dan jaganya hanya untuk Allah. Firman
Allah dan pembicaraan tentang-Nya lebih ia sukai daripada semua ucapan.
Pikirannya hanya tertuju pada hal-hal yang diridhai dan dicintai-Nya.[1] Kita
mohon kepada Allah agar diberi hati seperti ini.
2.
Hati yang Mati (Qalbun
Mayyit)
Ini adalah kebalikan dari jenis hati yang pertama. Ini
adalah hati yang tidak mengenal Rabb-nya, tidak beribadah sesuai dengan
perintah-Nya, tidak sesuai dengan yang diridhai dan dicintai-Nya. Ia adalah
hati yang menuruti syahwat dan kesenangan dirinya meskipun menimbulkan amarah
dan murka dari Rabb-nya. Ia adalah hati yang beribadah kepada selain Allah:
dalam hal cinta, takut, berharap, ridha, marah, pengagungan, dan penghinaan. Ia
membenci, mencintai, memberi, dan tidak memberi karena hawa nafsunya. Hawa
nafsu adalah imamnya, syahwat adalah komandannya, kebodohan adalah sopirnya,
dan kelalaian adalah kendaraannya.[2] Kita berlindung kepada Allah dari hati
seperti ini.
3.
Hati yang Sakit (Qalbun Maridh)
Yaitu hati yang masih hidup, tetapi mengidap penyakit.
Ia mempunyai unsur yang saling mempengaruhi, kadang hidup dan kadang mati,
tergantung unsur mana yang lebih dominan. Di dalamnya ada kecintaan kepada
Allah Ta'ala, iman, ikhlas, dan tawakkal kepada-Nya, yang menjadi unsur-unsur
kehidupan di dalamnya. Akan tetapi, ia juga memiliki kecintaan terhadap syahwat
dan keinginan untuk mewujudkannya, kedengkian, sombong, ujub, cinta kedudukan,
berbuat kerusakan di muka bumi dengan kekuasaannya, kemunafikan, riya', bakhil
dan kikir. Itu semua merupakan unsur-unsur yang menyebabkan kehancuran dan
kebinasaan dirinya.[3]
Kita berlindung kepada Allah dari hati seperti ini.
Cara mengobati hati dari penyakit-penyakit tersebut
telah disebutkan dalam al-Qur'an al-Karim.
Allah Ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu, penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. "
(QS. Yunus: 57)
وَنُنَزِّلُ مِنَ
الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ
إَلاَّ خَسَاراً
"Dan Kami turunkan dari
al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang berbuat
zhalim selain kerugian." (QS. Al-Isra’: 82)
A.
Macam-Macam Penyakit Hati
Pertama, penyakit hati yang tidak dirasakan oleh pemiliknya
secara langsung, yaitu penyakit kebodohan, syubhat, dan keraguan. Ini adalah
penyakit yang paling berbahaya. Sayangnya, hati yang rusak tidak dapat
merasakan penyakit ini.
Kedua, penyakit hati yang secara langsung dapat dirasakan,
seperti rasa cemas, gelisah, sedih, dan marah. Penyakit-penyakit seperti ini
kadang-kala dapat disembuhkan dengan obat-obatan alamiah yaitu dengan cara
menghilangkan sebab-sebab timbulnya penyakit-penyakit tersebut atau dengan
cara-cara lainnya.[4]
B. Cara Mengobati Hati
Pertama, dengan al-Qur’an
al Karim.
Al-Qur'an adalah obat yang dapat menyembuhkan hati
dari penyakit keraguan, syirik, kekafiran, dan berbagai macam penyakit syubhat
dan syahwat. Ia adalah petunjuk bagi orang yang mengetahui kebenaran dan mau
mengamalkannya. Ia merupakan rahmat. Karena al-Qur'an-lah, orang-orang yang
beriman dapat memperoleh pahala baik di dunia maupun di akhirat.
أَوَ مَن كَانَ مَيْتاً
فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُوراً يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ
فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا
"Dan apakah orang yang sudah
mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya vang terang
yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar darinya? " (QS. al-An'am: 122)
Kedua, hati
membutuhkan tiga hal berikut.
1.
Segala sesuatu yang dapat menjaga kekuatannya, yaitu
keimanan, amal shalih, dan dzikir.
2.
Pencegahan dari segala sesuatu yang membahayakan,
yaitu menjauhi semua bentuk kemaksiatan dan segala bentuk penentangan.
3.
Tindakan untuk mengeluarkan segala unsur yang
menyebabkan penyakit, yaitu taubat dan istighfar.
Ketiga, mengobati
penyakit hati karena pengaruh hawa nafsu.
Ada dua cara pengobatan, yaitu dengan muhasabah
(introspeksi) dan mukhalafah (penentangan) terhadap nafsu tersebut. Muhasabah
ada dua:
1.
Sebelum melakukan amal ibadah, yaitu dengan melakukan
empat hal berikut.
a.
Apakah amal ibadah tersebut mampu ia lakukan?
b.
Apakah amalan tersebut lebih baik ia lakukan atau
lebih baik ia
b.
tinggalkan?
c.
Apakah amalan tersebut diniatkan ikhlas semata-mata
untuk mencari wajah Allah?
d.
Apakah jenis amalan tersebut butuh bantuan? Apakah ia
mempunyai orang yang dapat membantu dan menolongnya jika amalan tersebut butuh
bantuan? Jika jawabannya ya, silahkan dikerjakan dan jika tidak, maka jangan
sekali-kali dikerjakan.
2.
Sesudah melakukan amal ibadah, yaitu dengan melakukan
tiga hal berikut.
a.
Melihat kembali kekurangan pada ibadah yang ia lakukan
yang belum sesuai dengan yang seharusnya sehingga menyebabkan hak-hak Allah
dalam ibadah tersebut belum ditunaikan dengan sempurna. Di antara hak-hak Allah
Ta'ala adalah ikhlas, nasehat, mutaba'ah (sesuai dengan tuntunan Rasulullah
-pentj.), ihsan, pengakuan atas nikmat Allah dalam ibadah tersebut, dan
pengakuan adanya kekurangan setelah melakukan semua itu.
b.
Melihat kembali semua amalan yang ia lakukan yang
sebenarnya amalan tersebut lebih baik tidak dilakukan.
c.
Melihat kembali hal-hal yang mubah atau adat kebiasaan
yang tidak ia kerjakan. Apakah ia meninggalkan hal tersebut karena Allah dan
mencari akhirat sehingga ia menjadi orang yang beruntung? Atau ia melakukannya
demi kepentingan dunia sehingga ia menjadi orang yang rugi?
Kesimpulan dari itu semua, hendaknya seseorang
melakukan introspeksi diri Pertama-tama terhadap amalan-amalan yang wajib: jika
masih ada kekurangan, hendaknya disempurna-kan. Setelah itu melihat
amalan-amalan yang dilarang: jika dirinya melakukan salah satu larangan
tersebut hendaknya segera melakukan taubat dan istighfar. Setelah itu baru
melihat semua amalan yang dilakukan oleh anggota badannya, kemudian semua
amalan yang tidak dilakukannya. [5]
Keempat, mengobati
penyakit hati akibat pengaruh setan.
Setan adalah musuh manusia. Cara menghindarkan diri
dari setan adalah dengan isti'adzah (mohon perlindungan kepada Allah)
dengan cara yang telah ditetapkan oleh Allah. Nabi صلي الله عليه وسلم telah
menggabungkan permohonan perlindungan dari kejahatan diri dan kejahatan setan.
Beliau 'alaihishshalatu wassalam berkata kepada Abu Bakar رضي الله عنه, "Ucapkan:
اَللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ عَالِـمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ
بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ
عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
'Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui
perkara ghaib dan terang, Rabb dan Pemilik segala sesuatu, aku bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang benar selain Engkau, aku berlindung ke pada-Mu dari
kejahatan diriku dan dari kejahatan setan beserta sekutunya, dan aku berlindung
dari melakukan keburukan pada diriku sendiri atau aku timpakan kepada orang
muslim yang lain.
'Bacalah pada waktu pagi, pada waktu petang, dan ketika
engkau hendak tidur."[6]
Isti'adzah, tawakal, dan ikhlas dapat menghalangi
penguasaan setan terhadap diri seseorang.[7] []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar