Sabtu, 26 Mei 2012
ISLAM
1. 52 Kiat Agar Suami Disayang Istri
2. 10 Cara Kiat menyambut Optimalisasi Ramadhann
3. agar Puasa Lebih Bermakna by Abu Umar Basyir
4. 1001 Kisah-Kisah Teladan Islam
5. 114 Tips Murobbi Suksess
6. ada apa dibalik gempa tsunami
7. 10 perkara membuat seorang muslim murtad
8. 28 fatwa-fatwa seputar puasa
9. 20 fatwa pilihan seputar zakat
10. 853nama bayi muslim
11. 7 tipu daya syaitan atas ummat Islam
12. 76 Karakter-karakter Yahudi Dalam Al-Quran
14. Ajaran Sesat BahayanyaTerhadap Agama Dan Negara
15. 17 Kisah Penuh Hikmah Islami
16. 73 Wasiat Untuk Para Pemuda Muslimm
17. adab pergaulan menurut Alquran dan Alsunnah
18. 9 Tipe Gadis Yang Tidak Diminati Para Pemuda
BIOGRAFI TOKOH
1. 100 tokoh yang berpengaruh di dunia
2. 100 tahun bung karno
3. IwanFals
4. Nike ardilla
5. osama bin laden
6. Sultan Saladin (Pahlawan 100 Medan Pertempuran )
7. Sunan Kalijaga
8. B.J.Habibie-Detik-detik yang Menentukan
9. Muhammad AlFatih Sang Penakluk Konstantinopel
10. tokoh-tokoh Islam
11. Soeharto.Rela Mundur demi Hindari pertumpahan darah
12. Ali bin Abithalib
13. Abu Bakar AsSiddiq
14. Utsman bin Affan
15. soekarno Penjam bung Lidah Rakjat
16. detik-detik-hidupku-byhasan-al-banna
17. abul-ala-al-maudidi
HARUN YAHYA
Ebook Harun yahya 1
Ebook Harun Yahya 2
Ebook Harun Yahya 3
Ebook Harun Yahya 4
5.-Beberapa rahasia Alquran,
-berpikirlah sejak anda bangun tidur,
- cara cepat meraih keimanan,
- indahnya Islam kita,
- melihat kebaikan di segala hal Download 5 in
Sabtu, 05 Mei 2012
Rabu, 25 April 2012
Haji, Jihad Dan Pengorbanan (Khuthbah Idul Adha)[1]
Oleh: Izzudin Karimi,
Lc
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله
فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله
إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا
بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي
النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
الله
أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، ولله الْحَمْدُ. الله أَكْبَرُ
كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Hari
ini kaum Muslimin beribadah kepada Allah dengan salah satu ibadah yang mulia,
yaitu shalat Idhul Adha yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan-hewan
kurban sebagai ungkapan syukur dan berbuat baik kepada kawan, sanak keluarga
dan orang-orang yang membutuhkan. Hari ini adalah hari pamungkas dari sepuluh
hari terbaik di bulan yang mulia ini. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan.
Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah.
Dari
Ibnu Abbas رضي الله عنهما,
dia berkata : Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda :
مَا
الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ مِنْهَا فِي هذَا الْعَشْرِ، قَالُوْا: وَلَا
الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ
وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ.
"Tidak
ada amal pada hari-hari, yang lebih utama daripada amal-amal di sepuluh hari
ini." Mereka berkata, "Tidak pula jihad?" Rasulullah صلي الله عليه وسلم
bersabda menjawab, "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seorang
laki-laki yang berangkat menghadapi musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia
tidak pulang dengan sesuatu (dari keduanya atau mati syahid)." (HR.
al-Bukhari,Shahih al-Bukhari, no. 969).
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Salah
satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang
merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari
dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari raya haji dan bulan haji.
Haji adalah ibadah tua seumur bapak para nabi, Ibrahim عليه السلام. Dialah
pembangun Ka'bah baitullah dan setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh
penjuru bumi.
Firman
Allah سبحانه و تعالي:
وَإِذْ
يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلَ رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Isma'il (seraya berdoa), 'Ya Rabb kami, terimalah dari kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'."
(Al-Baqarah: 127).
Firman
Allah سبحانه و تعالي:
إِنَّ
أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى
لِّلْعَالَمِينَ
"Sesungguhnya
rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah
yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia."(Ali Imran: 96).
Firman
Allah سبحانه و تعالي:
وَأِذِّن
فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن
كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
"Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh." (Al-Hajj: 27).
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Salah
satu hikmah Allah dalam mensyariatkan ibadah adalah Dia menjadikannya beragam,
di mana hal ini bisa dilihat dalam ibadah-ibadah yang merupakan rukun Islam,
syahadat merupakan ibadah hati karena ia merupakan keyakinan dasar yang
kemudian dilafazhkan dengan lisan, sementara shalat adalah gerakan jasad, ia merupakan
ibadah badani, lain lagi puasa yang merupakan sikap menahan diri, lalu zakat
yang merupakan ibadah hartawi dan yang kelima adalah haji yang menggabungkan
semua sisi dari empat ibadah sebelumnya. Dari sinilah, maka haji termasuk
ibadah yang terakhir diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 H. Hal
ini karena haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun
sebelumnya. Ia memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia
memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia
memerlukan sikap menahan diri yang dikandung oleh puasa.
Maka
dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan
pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada
syarat wajib haji, ia adalah istitha'ah.
Firman
Allah سبحانه و تعالي:
وَللهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ
فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
"Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam." (Ali Imran: 97).
Kesanggupan
atau kemampuan di mana dasarnya menurut para ulama adalah kesanggupan
finansial, kesanggupan tenaga dan kesanggupan jalan, untuk mewujudkan semua itu
dibutuhkan usaha yang tidak mudah, lebih tidak mudah lagi manakala harta yang
telah diraih itu, yang merupakan ketergantungan dan kecintaan jiwa, mesti
dirogoh dari kantong untuk membiayai diri, demi rukun Islam yang agung ini,
belum lagi kesiapan jasmani di mana modal utamanya adalah sehat. Dibutuhkan
jihad melawan kecintaan berlebih kepada harta agar jiwa rela dan lapang
mengorbankannya demi kebaikan dan kemaslahatan dirinya sendiri. Dibutuhkan pula
jihad melawan kecintaan berlebih kepada sikap santai dan rehat, sebab haji
memang mengharuskan kelelahan, baik kelelahan perjalanan dan kelelahan
pelaksanaan.
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Kita
menengok lebih dalam kepada aturan dan tatanan manasik haji. Kita bisa
mendapatkan bahwa ia merupakan pendidikan jihad agar jiwa menghormati dan
menghargai batasan-batasan Allah, menahan diri dengan tidak melanggarnya.
Seperti kita ketahui, haji ditunaikan dalam keadaan ihram, dan dalam ihram ini
terdapat pantangan-pantangan yang harus dijaga, seperti pakaian berjahit, topi
atau kopyah, mencukur rambut, memotong kuku, membunuh binatang buruan, memakai
minyak wangi, bersetubuh, menikah dan menikahkan. Semua ini adalah
perkara-perkara yang harus dijauhi semasa ihram, padahal sebagian darinya
adalah perkara yang mungkin dalam pandangan sebagian orang sepele, seperti
menutup kepala dengan penutup atau memotong kuku. Sementara sebagian lagi
merupakan perkara yang disukai oleh jiwa seperti minyak wangi dan bersetubuh.
Akan tetapi semua itu adalah batasan-batasan Allah yang tidak patut disepelekan
atau dipandang sebelah mata.
Kita
kembali menengok, aturan-aturan di atas mengakibatkan sangsi dan hukuman bagi
pelanggarnya, mulai dari bersedekah dan berpuasa, sampai dengan mengalirkan
darah dengan menyembelih hewan ternak, sebuah pendidikan kedisiplinan dan
tanggung jawab serta kesiapan memikul resiko kelalaian dan kekhilafan, dan itu
pun dalam bentuk perbuatan yang kebaikannya kembali kepada diri sendiri atau
kepada sesama. Firman Allah سبحانه و تعالي:
وَالْبُدْنَ
جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَآئِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ
اللهِ عَلَيْهَا صَوَآفَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا
وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ . لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ
التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى
مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Dan
telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka kalian sebutlah nama Allah ketika
kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila
telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela
dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan
kamu bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang berbuat baik." (Al-Hajj: 36-37).
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Mari
kita lihat dan cermati tempat di mana haji ini dilaksanakan, sebuah tempat yang
berpusat di daerah Haram yang memiliki hukum-hukum khusus yang berbeda dengan
yang lain, salah satunya jika di daerah selainnya keinginan berbuat keburukan
belum diperhitungkan, maka berbeda dengan di daerah Haram, ia diperhitungkan
bahkan diancam siksa yang pedih. Firman Allah سبحانه و تعالي:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ الله وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِي
جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَآءً الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ وَمَن يُرِدْ فِيهِ
بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan
siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya
akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih."(Al-Hajj: 25).
Oleh
karena itu, ayat al-Qur`an yang lain mengajarkan orang yang berhaji agar
menghindari perkara-perkara yang dapat mengurangi atau menghapus keutamaan
ibadah haji. Firman Allah سبحانه و تعالي:
فَمَنْ
فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
"Barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
bersetubuh, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan
haji." (Al-Baqarah: 197).
Dan
haji yang demikian melebur dosa-dosa pelakunya sehingga dia pulang dalam
keadaan sama dengan pada saat dilahirkan oleh ibunya.
Dari
Abu Hurairah رضي الله عنه,
ia berkata, aku mendengar Rasulullah صلي الله عليه وسلم
bersabda :
مَنْ
حَجَّ لله، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
"Barangsiapa
berhaji karena Allah, lalu dia tidak melakukan bersetubuh dan tidak melakukan
perbuatan fasik, niscaya dia pulang seperti hari di mana dia dilahirkan oleh
ibunya." (Muttafaq 'alaihi, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 732; dan
Mukhtashar Shahih Muslim, no. 641).
Juga
sabda Nabi صلي الله عليه وسلم kepada Amr bin al-Ash رضي الله عنه pada saat dia
masuk Islam,
أَمَا
عَلِمْتَ يَاعَمْرُو! أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهُ، وَأَنَّ
الْهِجْرَةَ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا، وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَاكَانَ
قَبْلَهُ.
"Apakah
kamu belum mengetahui wahai Amr, bahwa Islam menghapus apa yang sebelumnya,
hijrah menghapus apa yang sebelumnya, dan haji menghapus apa yang
sebelumnya." (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no. 64).
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Kita
kembali menengok rangkaian manasik haji: thawaf, sa'i, wukuf, melempar jumrah
dan lain-lain. Semua ini merupakan ibadah-ibadah yang menuntut aktifitas fisik
yang melelahkan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan bertalbiyah,
ditambah dengan kepadatan manusia yang memiliki beragam bahasa dan tradisi,
berkumpul di satu tempat, di waktu yang sama, ditambah lagi cuaca yang
kadang-kadang berbeda jauh dengan cuaca di negeri sendiri. Semua itu tidak
jarang menimbulkan problem tersendiri yang menuntut usaha keras dan kesabaran
dalam menyikapinya, maka tidak berlebihan jika Rasulullah a mendudukkan haji
dalam deretan amalan-amalan utama setelah iman dan jihad di jalan Allah.
Dari
Abu Hurairah رضي الله عنه
أَنَّ
رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم سُئِلَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ:
إِيْمَانٌ بلله وَرَسُوْلِهِ. قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي
سَبِيْلِ الله. قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: حَجٌّ مَبْرُوْرٌ.
"Bahwa
Rasulullah صلي الله عليه وسلم ditanya tentang amal apakah yang
paling utama? Beliau menjawab, "Iman kepada Allah dan RasulNya."
Beliau ditanya, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan
Allah." Beliau ditanya, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Haji
mabrur." (HR. al-Bukhari, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 25).
Tantangan
dalam ibadah haji yang dihadapi dan pengorbanan yang diberikan bertujuan
melatih dan mendidik, ia demi kebaikan dan kemaslahatan yang tidak mungkin
diperinci satu demi satu, akan tetapi yang telah kita ketahui sudah cukup
menyadarkan kita akan hikmah mulia dari ibadah haji. Firman Allah سبحانه و تعالي:
لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى
مَارَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ اْلأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا
الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ
"Supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan
kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya, dan
(sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan
fakir." (Al-Hajj: 28).
Semoga
saudara-saudara kita yang berangkat haji dikaruniai Haji Mabrur yang memberi
pengaruh baik dalam kehidupan dan perilaku mereka, dan bagi saudara-saudara
kita yang belum berangkat semoga Allah memudahkan jalannya agar mereka juga
bisa menyaksikan keagunganNya melalui ibadah yang agung ini.
Kaum Muslimin
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah, marilah kita berdoa kepada Allah
اللهم
صَلِّ على مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهم
بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ ِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم
أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا،
إِنَّهَا سَاءتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ
لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اللهم إِنَّا
نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ
مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ
الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بلله
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قُوْمُوْا إِلَى صَلَاتِكُمْ
يَرْحَمُكُمُ الله.
[1]Sumber: alsofwah.or.id.Silahkan
kunjung ihttp://ibnumajjah.wordpress.com/ untuk mendapat puluhan khutbah lainnya dan ratusan ebook Islam.
Selasa, 24 April 2012
Keutamaan Berzikir[1]
Syaikh Said
bin Ali Al Qathani
Allah Ta’ala
berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Karena itu,
ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan
rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepadaKu, serta jangan ingkar (pada
nikmatKu)”. (Al-Baqarah, 2:152).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai, orang-orang yang beriman, berdzikirlah yang banyak kepada
Allah (dengan menyebut namaNya)”. (Al-Ahzaab, 33:42).
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ
لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka
Allah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung”. (Al-Ahzaab,
33:35)
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ
الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ
الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut (pada siksaanNya), serta tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari.
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (Al-A’raaf, 7:205)
Rasul صلي الله
عليه وسلم bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ
وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang
yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.[2]
أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ،
وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ
وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا
أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوْا بَلَى، قَالَ ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kamu,
aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan
paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan
lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal
lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau
(wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi”.[3]
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَي:أَنَا عِنْدَ
ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ
نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ
مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ
ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ
أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan
hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat
Aku. Jika dia
mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika dia menyebut
namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih
baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya
sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa.
Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat”.[4]
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ
اْلإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ.
قَالَ: لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Dari Abdullah bin Busr رضي الله عنه, dia berkata: Bahwa ada seorang lelaki berkata: “Wahai,
Rasulullah! Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu,
beritahulah aku sesuatu buat pegangan”. Beliau bersabda: “Tidak hentinya
lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya).”[5]
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ
اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: الـم
حَرْفٌ؛ وَلَـكِنْ: أَلِفٌ
حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an,
akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh
semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi alif
satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”[6]
وَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ أَيُّكُمْ
يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ
فَيَأْتِيْ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ وَلاَ
قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: أَفَلاَ
يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى : الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ، أَوْ
يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ
Dari Uqbah bin Amir رضي الله عنه, dia berkata: “Rasulullah صلي الله عليه وسلم keluar, sedang kami di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau
bersabda: “Siapakah di antara kamu yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke
Buthhan atau Al-Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya,
tanpa mengerjakan dosa atau memutus sanak?” Kami (yang hadir) berkata: “Ya kami
senang, wahai Rasulullah!” Lalu beliau bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu
tidak berangkat pagi ke masjid, lalu memahami atau membaca dua ayat Al-Qur’an,
hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca)
tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami
atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat
(unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.”[7]
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ
اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا
لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ
“Barangsiapa
yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya,
pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring
dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan
hukuman dari Allah.”[8]
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ
يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ
عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ
“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak
berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabinya, pastilah ia
menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki bisa
menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mereka.”[9]
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ
مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ
حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Setiap kaum
yang berdiri dari suatu majelis, yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di
dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi
penyesalan mereka (di hari Kiamat).”[10]
[2] HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari
11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي
لاَ يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan
rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak
digunakan untuk dzikir, laksana orang hidup dengan yang mati”. (Shahih Muslim
1/539)
[3] HR. At-Tirmidzi
5/459, Ibnu Majah 2/1245. Lihat pula Shahih Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu
Majah 2/316
[5] HR. At-Tirmidzi 5/458, Ibnu Majah 2/1246, lihat pula
dalam Shahih At-Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/317
Langganan:
Postingan (Atom)