K.H. Abdullah Gymnastiar
Mahasuci ALLOH, Zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada
makhluk-makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali
akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri
seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.
Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain
tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang ALLOH
Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup
kasih sayang di kalbunya.
Seperti kejadian yang menimpa Arie Hanggara yang kisahnya
pernah diangkat di film layar lebaria menemui ajal karena dianiaya oleh ayah
kandungnya sendiri. Begitulah, kekejian demi kekejian, kebiadaban demi
kebiadaban menjadi perlambang kehinaan martabat manusia. Hal ini terjadi, tiada
lain karena telah tercerabutnya karunia kasih sayang yang ALLOH semayamkan di
dalam kalbunya.
Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan
sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita
mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela
meluangkan waktu untuk memperhaikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang
yang rela bersusah-payah membacakan buku, koran, atau juga surat kepada
orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan
bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "ALLOH SWT
mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari
seratus rahmat) kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat
itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula
binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (ALLOH SWT) menangguhkan 99
bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti." (H.R.
Muslim).
Dari hadis ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya
yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar
biasa dahsyatnya. Karenanya, sudah sepantasnya jikalau kita merindukan kasih
sayang, perhatian, dan perlindungan ALLOH SWT, tanyakanlah kembali pada diri
ini, sampai sejauhmana kita menghidupkan kalbu untuk saling berkasih sayang
bersama makhluk lain?!
Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang selalu
bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang
membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir
untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju lautan luas, mata air
sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.
Sama pula seperti pancaran sinar cerah matahari di pagi
hari, dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus memancarkan sinarnya tanpa
henti, dan sama pula, matahari tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang
telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih
sayang di kalbu kita, ia benar-benar melimpah terus tidak pernah ada habisnya.
Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi
orang lain, kita mengawalinya dengan menyayangi diri kita dulu. Mulailah dengan
menghadapkan tubuh ini ke cermin seraya bertanya-tanya:
Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau justru sebaliknya,
wajah ini akan gosong terbakar nyala api jahannam?
Tataplah hitamnya mata kita, apakah mata ini, mata yang
bisa menatap ALLOH, menatap Rasulullah SAW, menatap para kekasih ALLOH di surga
kelak, atau malah akan terburai karena kemaksiyatan yang pernah dilakukannya?
Bibir kita, apakah ia akan bisa tersenyum gembira di surga
sana atau malah bibir yang lidahnya akan menjulur tercabik-cabik?!
Perhatikan pula tubuh tegap kita, apakah ia akan berpendar
penuh cahaya di surga sana, sehingga layak berdampingan dengan si pemiliki
tubuh mulia, Rasulullah SAW, atau tubuh ini malah akan membara, menjadi bahan
bakar bersama hangusnya batu-batu di kerak neraka jahannam?
Ketika memandang kaki, tanyakanlah apakah ia senantiasa
melangkah di jalan ALLOH sehingga berhak menginjakkannya di surga kelak, atau
malah akan dicabik-cabik pisau berduri.
Bersihnya kulit kita, renungkanlah apakah ia akan menjadi
indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena gosong dijilat lidah api
jahannam?
Mudah-mudahan dengan bercermin sambil menafakuri diri, kita akan lebih
mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita.
Jangan pula meremehkan makhluk ciptaan ALLOH, sebab
tidaklah ALLOH menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang ALLOH
ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang
terlihat, yang terdengar, dan apasaja karunia dari ALLOH Azza wa Jalla adalah jalan
bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih
sayang.
Dikisahkan di hari akhir datang seorang hamba ahli ibadah
kepada ALLOH dengan membawa aneka pahala ibadah, tetapi ALLOH malah mencapnya
sebagai ahli neraka, mengapa? Ternyata karena suatu ketika si ahli ibadah ini
pernah mengurung seekor kucing sehingga si kucing tidak bisa mencari makan dan
tidak pula diberi makan oleh si ahli ibadah ini. Akhirnya mati kelaparanlah si
kucing ini. Ternyata walau ia seorang ahli ibadah, laknat ALLOH tetap menimpa
si ahli ibadah ini, dan ALLOH menetapkannya sebagai seorang ahli neraka, tiada
lain karena tidak hidup kasih sayang di kalbunya.
Tetapi ada kisah sebaliknya, suatu waktu seorang wanita
berlumur dosa sedang beristirahat di pinggir sebuah oase yang berair dalam di
sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba datanglah seekor anjing yang
menjulur-julurkan lidahnya seakan sedang merasakan kehausan yang luar biasa.
Walau tidak mungkin terjangkau kerena dalamnya air di oase itu, anjing itu tetap
berusaha menjangkaunya, tapi tidak dapat. Melihat kejadian ini, tergeraklah si
wanita untuk menolongnya. Dibukalah slopnya untuk dipakai menceduk air, setelah
air didapat, diberikannya pada anjing yang kehausan tersebut. Subhanallah,
dengan ijin ALLOH, terampunilah dosa wanita ini.
Demikianlah, jikalau hati kita mampu meraba derita makhluk
lain, insya ALLOH keinginan untuk berbuat baik akan muncul dengan sendirinya.
Kisah lain, ketika suatu waktu ada seseorang terkena
penyakit tumor yang sudah menahun. Karena tidak punya biaya untuk berobat, maka
berkunjunglah ia kepada orang-orang yang dianggapnya mampu memberi pinjaman
biaya.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang dikalbunya, ketika datang orang yang
akan meminjam uang ini, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah
harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia
ketakutan hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.
Tetapi bagi seorang hamba yang tumbuh kasih sayang di
kalbunya, ketika datang yang akan meminjam uang, justru yang muncul rasa iba
terhadap penderitaan orang lain. Bahkan jauh di lubuk hatinya yang paling dalam
akan membayangkan bagaimana jikalau yang menderita itu dirinya. Terlebih lagi
dia sangat menyadari ada hak orang lain yang dititipkan ALLOH dalam hartanya.
Karenanya dia begitu ringan memberikan sesuatu kepada orang yang memang
membutuhkan bantuannya.
Ingatlah, hidupnya hati hanya dapat dibuktikan dengan apa
yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau
tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir
sebentar saja. Tidak ada salahnya kita berpikir terus dan bekerja keras untuk
menghidupkan kasih sayang di hati ini. Insya ALLOH bagi yang telah tumbuh kasih
sayang di kalbunya, ALLOH Azza wa Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih
Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam
menafkahkannya di jalan ALLOH, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula dalam
mengajarkannya kepada orang lain, ringan dalam melatih kemampuan diri dan
ringan pula dalam membela orang lain yang teraniaya, subhanallah.
Cara lain yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk menghidupkan
hati nurani agar senantiasa diliputi nur kasih sayang adalah dengan melakukan
banyak silaturahmi kepada orang-orang yang dilanda kesulitan, datang ke daerah
terpencil, tengok saudara-saudara kita di rumah sakit, atau pula dengan selalu
mengingat umat Islam yang sedang teraniaya, seperti di Bosnia, Checnya, Ambon,
Halmahera, atau di tempat-tempat lainnya.
Belajarlah terus untuk melihat orang yang kondisinya jauh
di bawah kita, insya ALLOH hati kita akan melembut karena senantiasa tercahayai
pancaran sinar kasih sayang. Dan hati-hatilah bagi orang yang bergaulnya hanya
dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, para artis, atau orang-orang
elit lainnya, karena yang akan muncul justru rasa minder dan perasaan kurang
dan kurang akan dunia ini, masya ALLOH. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar