Syaikh Said
bin Ali Al Qathani
Allah Ta’ala
berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Karena itu,
ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan
rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepadaKu, serta jangan ingkar (pada
nikmatKu)”. (Al-Baqarah, 2:152).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai, orang-orang yang beriman, berdzikirlah yang banyak kepada
Allah (dengan menyebut namaNya)”. (Al-Ahzaab, 33:42).
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ
لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka
Allah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung”. (Al-Ahzaab,
33:35)
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ
الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ
الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut (pada siksaanNya), serta tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari.
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (Al-A’raaf, 7:205)
Rasul صلي الله
عليه وسلم bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ
وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang
yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.[2]
أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ،
وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ
وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا
أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوْا بَلَى، قَالَ ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kamu,
aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan
paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan
lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal
lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau
(wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi”.[3]
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَي:أَنَا عِنْدَ
ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ
نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ
مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ
ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ
أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan
hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat
Aku. Jika dia
mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika dia menyebut
namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih
baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya
sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa.
Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat”.[4]
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ
اْلإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ.
قَالَ: لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Dari Abdullah bin Busr رضي الله عنه, dia berkata: Bahwa ada seorang lelaki berkata: “Wahai,
Rasulullah! Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu,
beritahulah aku sesuatu buat pegangan”. Beliau bersabda: “Tidak hentinya
lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya).”[5]
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ
اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: الـم
حَرْفٌ؛ وَلَـكِنْ: أَلِفٌ
حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an,
akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh
semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi alif
satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”[6]
وَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ أَيُّكُمْ
يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ
فَيَأْتِيْ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ وَلاَ
قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: أَفَلاَ
يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى : الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ، أَوْ
يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ
Dari Uqbah bin Amir رضي الله عنه, dia berkata: “Rasulullah صلي الله عليه وسلم keluar, sedang kami di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau
bersabda: “Siapakah di antara kamu yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke
Buthhan atau Al-Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya,
tanpa mengerjakan dosa atau memutus sanak?” Kami (yang hadir) berkata: “Ya kami
senang, wahai Rasulullah!” Lalu beliau bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu
tidak berangkat pagi ke masjid, lalu memahami atau membaca dua ayat Al-Qur’an,
hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca)
tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami
atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat
(unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.”[7]
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ
اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا
لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ
“Barangsiapa
yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya,
pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring
dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan
hukuman dari Allah.”[8]
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ
يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ
عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ
“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak
berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabinya, pastilah ia
menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki bisa
menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mereka.”[9]
مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ
مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ
حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Setiap kaum
yang berdiri dari suatu majelis, yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di
dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi
penyesalan mereka (di hari Kiamat).”[10]
[2] HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari
11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي
لاَ يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan
rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak
digunakan untuk dzikir, laksana orang hidup dengan yang mati”. (Shahih Muslim
1/539)
[3] HR. At-Tirmidzi
5/459, Ibnu Majah 2/1245. Lihat pula Shahih Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu
Majah 2/316
[5] HR. At-Tirmidzi 5/458, Ibnu Majah 2/1246, lihat pula
dalam Shahih At-Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/317
Tidak ada komentar:
Posting Komentar