Oleh:
Izzudin Karimi, Lc.
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى
الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
Hari ini, Idul Fitri adalah hari yang mulia dan
berbahagia. Sebagai umat Islam kita merayakannya setelah sebulan penuh
menjalankan ibadah puasa, sebagai wujud ketaatan kepada Allah demi meraih
derajat takwa. Merayakan Idul Fitri berarti mengisinya dengan hal-hal yang baik
dan positif, salah satunya adalah menjalin silaturahim dan mempereratnya
kembali. Inilah saat yang tepat dan momen yang pas untuk itu, mengapa? Karena
di hari-hari lain kita disibukkan oleh berbagai pekerjaan dan tuntutan hidup,
sehingga waktu untuk silaturahim pun terasa kurang dan sempit, karena itu kita
pun mungkin sulit melakukannya, tetapi di hari ini, tidak ada alasan sibuk
dengan semua itu, karena semua orang tahu bahwa hari ini adalah hari libur
bahkan mungkin untuk beberapa hari ke depan. Jadi yang paling relevan dalam
kesempatan yang berbahagia ini adalah silaturahim.
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
Seseorang tidak lahir sendiri, tidak hidup sendiri.
Dia diikat oleh lingkaran di mana dia tidak mungkin terlepas darinya, dengan
sendiri, dia adalah lemah dan bukan apa-apa, tetapi dengan lingkaran tersebut,
dia menjadi kuat dan memiliki eksistensi, lingkaran tersebut tiada lain adalah
rahim (keluarga dan kerabat). Dari sini maka Islam mengajak kepada silaturahim,
menjalin hubungan rahim. Dan rahim yang mesti dijalin adalah kerabat dari bapak
ibunya ke atas, dan kerabat dari anak-anaknya ke bawah, serta dari
saudara-saudaranya ke samping, semua itu termasuk ke dalam rahim yang layak dan
mesti dijalin. Kata rahim sendiri diambil dari kata ar-Rahman yang merupakan
salah satu nama Allah sekaligus salah satu sifatNya. Oleh karena itu, Allah
menyambung penyambungnya dan memutus pemutusnya. Rasulullah Sallallahu 'Alahi
Wasallam bersabda
:
إِنَّ الرَّحِمَ شُجْنَةٌ
مِنَ الرحمن، فَقَالَ الله : مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ
قَطَعْتُهُ.
"Sesungguhnya (nama) rahim itu berakar
(kata) dari (Nama Allah) ar-Rahman. Allah berfirman, “Barangsiapa menyambungmu,
maka Aku menyambungnya dan barangsiapa memutusmu, maka Aku memutusnya."
(HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1917)
Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda :
خَلَقَ الله الْخَلْقَ،
فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتِ الرَّحِمُ فَأَخَذَتْ بِحَقْوِ الرحمن فَقَالَ
لَهَا: مَهْ. قَالَتْ: هذا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ:
أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ. قَالَتْ:
بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: فَذَاكِ لَكِ. قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: اِقْرَءُوْا إِنْ
شِئْتُمْ ((: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ
وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ))
”Allah menciptakan makhluk, ketika Allah
telah merampungkannya, maka berdirilah rahim, ia berpegang kepada pinggang
ar-Rahman. Allah berfirman kepadanya : “Diamlah”. Ia menjawa : “Ini adalah
kesempatan berlindung kepadaMu dari pemutusan”. Allah berfirman : “Apakah kamu
tidak rela Aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang
memutusmu?”. Ia menjawab : “Ya, ya Rabbi”. Allah berfirman : “Itu untukmu”. Abu
Hurairah berkata : “'Bacalah kalau kamu mau : “Maka apakah jika kamu berkuasa,
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no.
1696, dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1764)
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
Silaturahim sendiri paling tidak mempunyai dua
keutamaan penting. Yang pertama : Ia melapangkan rizki dan memanjangkan umur.
Hal ini disabdakan sendiri oleh Rasulullah :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ
لَهُ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
"Barangsiapa senang dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umur-nya maka hendaknya bersilaturahim." (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Anas, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 940, dan
Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1762).
Silaturahim melapangkan rizki, yakni menjadi sebab
(turunnya) rizki, karena dengannya hubungan kerabat menjadi lebih erat,
dorongan membantu kepada yang membutuhkan dari mereka akan menguat pula, dan
bagi yang membantu akan diberi ganti oleh Allah dengan yang lebih baik.
Di samping itu dengan silaturahim terjadi saling
mendoakan dengan kebaikan yang salah satunya adalah kelapangan rizki.
Silaturahim memberi umur panjang. Ada yang berpendapat bahwa umur panjang di
sini adalah nama baik yang dikenang setelah kematian, dia dikenang sebab
kebaikannya semasa hidup, di mana salah satunya adalah silaturahim, lebih-lebih
hal itu di kalangan keluarga dan kerabat. Yang lain berpendapat bahwa panjang
umur di sini adalah panjang umur dalam arti sebenarnya, artinya Allah
mentakdirkan panjang umur atas yang bersangkutan dengan sebab silaturahim, sama
seperti Allah mentakdirkan surga dan neraka dengan sebab masing-masing, dan
barangsiapa yang Allah mentakdirkan atasnya sesuatu niscaya hal itu akan
dimudahkan baginya, dan kesempatan ini bukanlah kesempatan untuk memaparkan
dalil dari masing-masing pendapat di atas. Yang jelas apabila suatu dalil yang
mungkin mempunyai tafsir ganda yang tidak saling bertentangan dan tidak terdapat
dalil lain yang membatalkannya, maka kedua tafsir tersebut sama-sama mungkin
.
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
Keutamaan penting kedua dari silaturahim adalah ia
merupakan salah satu perbuatan yang membawa pelakunya mengetuk pintu Surga. Seorang
laki-laki berkata kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam : "Ya
Rasulullah, katakan kepadaku suatu amal yang memasukkan aku ke dalam surga dan
menjauhkanku dari neraka." Rasulullah sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab :
تَعْبُدُ الله، وَلاَ تُشْرِكُ
بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ.
"Hendaknya kamu beribadah kepada Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan bersilaturahim”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Ayyub al-Anshari.
Shahih al-Bukhari, no. 5903 dan Shahih Muslim, no. 14).
Adakah keutamaan yang melebihi keutamaan suatu amal
yang dinyatakan oleh Rasulullah sebagai satu amal yang mengantarkan kepada
surga? Hal ini akan lebih jelas dan gamblang apabila kita menengok sisi yang
berlawanan yaitu pemutusan silaturahim, apa ancaman bagi pelakunya? Dia diancam
tidak masuk Surga. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
قَاطِعٌ، قَالَ سُفْيَانُ: يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ.
"Tidak masuk surga seorang pemutus.
Sufyan (salah seorang rawi) berkata, 'Yakni pemutus silaturahim." (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Jubair bin Muth'im, Mukhtashar Shahih al-Bukhari,
no. 1916, dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1765)
Benar-benar merugi orang yang diancam tidak masuk
Surga, maka ketika Allah menjelaskan sifat-sifat orang yang merugi, Dia
menyebutkan bahwa salah satu sifat mereka adalah memutus sesuatu yang Allah
perintahkan untuk disambung, yang salah satunya adalah rahim. Firman Allah :
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ
الله مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآأَمَرَ الله بِهِ أَن يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"(Yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi."
(Al-Baqarah: 27)
Dalam ayat di atas, Allah menyandingkan pemutusan
rahim dengan membuat kerusakan di muka bumi, bahkan mengategorikannya sebagai
perbuatan merusak, bagaimana tidak merusak? Kalau jalinan rahim putus, maka
yang muncul adalah kebencian, kemarahan dan permusuhan, bukankah ini kerusakan?
Bentuk aplikatif dari silaturahim adalah sesuai dengan
situasi dan kondisi diri kita dengan situasi dan kondisi kerabat yang
bersangkutan. Berikut ini beberapa bentuk perbuatan yang merupakan realisasi
dari silaturahim
:
A. Ihsan atau berbuat baik
kepada mereka
Firman Allah :
وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَي
حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلاَتُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
"Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya." (Al-Isra`: 26)
Berbuat baik bisa dengan harta, bisa dengan tenaga dan
bisa pula dengan kedudukan. Ini dilakukan kepada kerabat yang membutuhkan sesuai
dengan apa yang dibutuhkannya. Apabila dia membutuhkan bantuan harta misalnya,
sedangkan kita mampu membantunya, maka silaturahim kepadanya adalah dengan
membantunya di bidang harta. Berbuat baik tidak harus saat kerabat sedang
membutuhkan, dalam kondisi normal pun berbuat baik tetaplah baik, di manapun
kebaikan itu ditanam, maka ia tidak akan terbuang sia-sia. Jika berbuat baik
secara umum dianjurkan, maka lebih-lebih kepada kerabat, karena ia mengandung
nilai ganda atau pahala ganda, yaitu nilai berbuat baiknya itu sendiri dan
nilai silaturahim yang dikandungnya, Allah menyebutkan kerabat setelah kedua
orang tua dalam pemberian kebaikan. FirmanNya:
يَسْئَلُونَكَ مَاذَا
يُنفِقُونَ قُلْ مَآأَنفَقْتُم مِّن خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرِبِينَ
"Mereka bertanya tentang apa yang
mereka nafkahkan. Jawablah, 'Apa saja harta yang kamu nafkahkan, hendaklah
diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat..." (Al-Baqarah: 215)
Zainab, istri Abdullah bin Mas'ud datang kepada
Rasulullah dan bertanya kepada beliau melalui Bilal : "Bolehkan aku
bersedekah kepada suamiku dan anak-anak yatim yang dalam pemeliharaan-ku?"
Lalu Bilal bertanya, maka Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab :
نَعَمْ، لَهَا أَجْرَانِ،
أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ
"Ya, dia meraih dua pahala: Pahala
kerabat (silaturahim) dan pahala sedekah” (HR. al-Bukhari dan Muslim,
Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 704 dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 528)
Maimunah binti al-Harits, salah seorang istri
Rasulullah memerdekakan seorang hamba sahaya perempuan miliknya tanpa
memberitahu Nabi sebelumnya. Ketika datang hari di mana Nabi menggilirnya, maka
dia berkata : "Ya Rasulullah, apakah engkau merasa aku telah memerdekakan
hamba sahayaku? Rasulullah menjawab, "Apakah kamu telah
melakukannya?" Dia menjawab, "Ya." Nabi bersabda :
أَمّا إِنَّكِ لَوْ
أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ.
"Ketahuilah, seandainya kamu
memberikannya kepada paman-paman dari ibumu niscaya ia lebih besar
pahalanya." (HR. al-Bukhari dan Muslim, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no.
1106 dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 530)
Berbuat baik kepada kerabat tidak terbatas kepada
kerabat yang seiman, dengan kerabat yang berbeda iman pun peluangnya tetap
terbuka, dengan catatan yang bersangkutan tidak memusuhi Islam. Firman Allah
Ta’ala :
لاَيَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ
الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ
أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ
"Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama, dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil." (Al-Mumtahanah: 8)
Di antara kerabat Nabi terdapat orang-orang yang
menolak dakwah beliau, meskipun demikian, hal itu tidak menghalangi beliau
menunaikan hak kekerabatan kepada mereka :
إِنَّ أل أَبِيْ لَيْسُوْا
بِأَوْلِيَائِيْ، إِنَّمَا وَلِيِّيَ الله وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ، ولكن لَهُمْ
رَحِمٌ أَبُلُّهَا بِبَلَالِهَا.
"Sesungguhnya keluarga bapakku (yang
tidak beriman) bukanlah wali-waliku, sesungguhnya wali-waliku hanyalah Allah
dan orang-orang shalih yang beriman, hanya saja mereka mempunyai hak rahim yang
akan aku berikan sebagaimana layaknya." (HR. al-Bukhari, Mukhtashar Shahih
al-Bukhari, no. 1918)
Menyambung kerabat yang berbeda agama, maka Rasulullah
mengamalkannya sendiri, beliau juga mengajak sahabat-sahabat beliau agar
melakukannya pula.
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِيْ
بَكْرٍ رضي الله عنه قَالَتْ: قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّيْ وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي
عَهْدِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه و سلم فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ الله صلى الله
عليه و سلم قُلْتُ: إِنَّ أُمِّيْ قَدِمَتْ وَهِيَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُ أُمِّيْ
قَالَ: نَعَمْ صِلِيْ أُمَّكِ
"Dari Asma` binti Abu Bakar
radiyallahu ‘Anha berkata : “Ibuku yang musyrik datang kepadaku pada zaman
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu aku bertanya kepada beliau Aku
berkata : “Ya Rasulullah, ibuku datang dan dia ingin (dekat denganku), apakah
aku menyambungnya?' Rasulullah menjawab, 'Ya sambunglah ibumu'." (HR.
al-Bukhari dan Muslim, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1112 dan Mukhtashar
Shahih Muslim, no. 531).
B. Ziarah
Cara silaturahim kedua adalah berziarah atau
berkunjung kepada kerabat, karena hal ini memupuk jalinan kekerabatan lebih
kuat, tentu hal ini dilakukan dalam rentang waktu dan cara yang tidak
memberatkan dan membosankan kedua pihak. Hal ini juga dilakukan dengan hanya
berharap pahala dari Allah bukan karena maksud dan tujuan dunia, seperti agar
diberi ini atau mendapatkan ini dan sebagainya.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ
النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم : أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ
أُخْرَى فَأَرْصَدَ الله لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ
قَالَ: أَيْنَ تُرِيْدُ؟ قَالَ: أُرِيْدُ أَخًا لِيْ فِي هذه الْقَرْيَةِ. قَالَ:
هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لاَ غَيْرَ أَنِّيْ
أَحْبَبْتُهُ فِي الله. قَالَ: فَإِنِّيْ رَسُوْلُ الله إِلَيْكَ بِأَنَّ الله
قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيْهِ.
"Dari Abu Hurairah dari Nabi
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa seorang laki-laki mengunjungi seorang
saudaranya di desa lain, Allah mengutus seorang malaikat mengawasinya di
jalannya. Ketika malaikat itu mendatanginya, dia bertanya :”Kamu hendak ke
mana?” Dia menjawab : “Kepada saudaraku di desa ini”. Malaikat bertanya :
“Apakah kedatanganmu ini untuk kepentingannya yang memang harus kamu jaga
padanya?” Laki-laki itu menjawab : “Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah.
Malaikat berkata : “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk
menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karenaNya”.
(HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1769)
Lihatlah bagaimana laki-laki tersebut meraih kecintaan
dari Allah dengan kunjungannya yang tulus, bukan karena kepentingan tertentu
kepada saudaranya seiman. Lalu bagaimana jika saudara-nya tersebut adalah
kerabatnya juga
?
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
C. Dakwah kepada keluarga dan
kerabat
Termasuk realisasi silaturahim adalah berdakwah kepada
mereka, mengajarkan apa yang belum mereka ketahui dari perkara agama, atau jika
kerabat tersebut beragama lain maka mengajaknya memeluk Islam dengan cara yang
baik, atau memberi nasihat kepada yang menyimpang dari mereka demi
meluruskannya dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Berdakwah adalah
kewajiban setiap Muslim, masing-masing dengan kemampuan yang dimiliki, kepada
kaum Muslimin secara umum. Jika demikian, bukankah kerabat kita, orang-orang
yang dekat dengan kita dari sisi hubungan darah lebih layak kita dakwahi
sebelum orang-orang jauh? Bukankah rahim kita termasuk keluarga kita yang
menjadi tanggung jawab kita untuk melindunginya dari api Neraka? Firman Allah
Ta’ala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka." (At-Tahrim: 6)
Inilah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam
memberikan teladannya dalam hal silaturahim dengan berdakwah kepada keluarga
besarnya. Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, ia berkata :
لَمَّا أُنْزِلَتْ هذه
الْآيَةُ (( وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ )) دَعَا رَسُوْلُ الله
قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوْا فَعَمَّ وَخَصَّ فَقَالَ: يَا بَنِيْ كَعْبِ بْنِ
لُؤَيٍّ، أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِيْ مُرَّةَ بْنِ
كَعْبٍ، أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِيْ عَبْدِ شَمْسٍ،
أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِيْ عَبْدِ مَنَافٍ، أَنْقِذُوْا
أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِيْ هَاشِمٍ، أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ
النَّارِ، يَا بَنِيْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ
النَّارِ، يَا فَاطِمَةُ، أَنْقِذِيْ نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ، فَإِنِّيْ لَا
أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللّهِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا
بِبَلَالِهَا
"Ketika turun ayat, “Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, maka Nabi mengundang
orang-orang Quraisy, maka mereka berkumpul. Nabi memanggil secara umum dan
khusus. Beliau bersabda : “Wahai Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah dirimu dari
Neraka ! Wahai Bani Murrah bin Ka'ab, selamatkanlah diri kalian dari Neraka!
Wahai Bani Abd Syams, selamatkanlah diri kalian dari Neraka! Wahai Bani Abd
Manaf, selamatkanlah diri kalian dari Neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah
diri kalian dari Neraka! Wahai Bani Abdul Mutthalib, selamatkanlah diri kalian
dari Neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari Neraka! Sesungguhnya aku
tidak mempunyai kemampuan untuk melindungi kalian di depan Allah, hanya saja
kalian mempunyai hubungan rahim denganku yang akan aku berikan sebagaimana
layaknya”. (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no. 98)
D. Tidak menyakiti keluarga dan
kerabat
Termasuk wujud silaturahim adalah tidak mengucapkan
dan melakukan sesuatu yang menyakiti orang yang memiliki hubungan rahim dengan
kita, menahan lidah dan anggota badan sehingga tidak menjadi penyebab
terputusnya silaturahim. Berapa banyak hubungan sesama Muslim, sesama teman,
sesama tetangga dan sesama kerabat yang terputus gara-gara lidah yang tidak
dikendalikan atau anggota badan yang kebablasan. Siapa pun tidak berharap
disakiti, dan apabila hal itu terjadi maka luka hati adalah seperti kaca pecah,
sulit dikembalikan kepada keadaannya semula
.
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
Rasulullah sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Seorang Muslim (sejati) adalah orang
yang mana kaum Muslimin lainnya selamat dari (bahaya) lidah dan tangannya”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr, Mukhtashar Shahih al-Bukhari,
no. 10 dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 69).
Bukankah kerabat juga termasuk kaum Muslimin? Bahkan
mereka lebih pantas untuk selamat dari bahaya lidah dan tangan kita.
Bagaimana jika kita menyakiti orang yang memiliki
hubungan rahim? Meminta maaf adalah jalan terbaik demi menyambung silaturahim,
di samping itu kesalahan kepada manusia yang dibawa mati akan dituntut oleh
pemilik hak di akhirat nanti. Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah sallallahu “alahi Wasallam bersabda :
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ
لِأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، قَبْلَ
أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ
مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ
سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ.
"Barangsiapa berbuat aniaya kepada
seseorang terkait dengan kehormatannya atau lainnya, maka hendaknya dia meminta
maaf dari kesalahannya tersebut pada hari ini sebelum dinar dan dirham tidak
berguna. Jika dia mempunyai amal shalih, maka diambil darinya sesuai dengan
kadar kezhalimannya, jika dia tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan
orang-orang yang dizhalimi diambil dan dipikulkan atasnya”. (HR. al-Bukhari,
Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1062).
Kita tidak ingin hal ini terjadi pada diri kita di
akhirat nanti, karena kebaikan yang kita miliki belum tentu mencukupi,
lebih-lebih diambil, karena keburukan kita sudah banyak, lebih-lebih harus
memikul milik orang lain, dan dia bisa jadi adalah salah seorang yang memiliki
hubungan rahim dengan kita
.
Kaum Muslimin Jama'ah Shalat 'Id Rahimakumullah
Terakhir, terdapat silaturahim yang bernilai tinggi,
di mana tidak semua orang mampu melakukannya. Siapa yang mampu, maka dia berhak
menyandang gelar penyambung silaturahim sejati. Silaturahim yang bagaimana?
Simak sabda Nabi sallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :
لَيْسَ الْوَاصِلُ
بِالْمُكَافِئِ، و لكن الْوَاصِلُ الَّذِيْ إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.
"Bukanlah (disebut) penyambung
silaturahim (sejati) orang yang membalas dengan semisal, akan tetapi orang yang
menyambung tali silaturahim adalah orang yang bila diputuskan rahim orang yang
memiliki hubungan rahim, justru dia berusaha menyambungnya.". al-Bukhari
dari Abdullah bin Amr, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1919)
Inilah silaturahim yang tiada tanding, karena
pelakunya mampu menghadapi keburukan dengan kebaikan yang nantinya akan
menghasilkan kebaikan. Firman Allah subhanahu Wata’ala :
وَلاَتَسْتَوِي الْحَسَنَةُ
وَلاَالسَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ
وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi
teman yang sangat setia”. (Al-Fushshilat: 34).
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ
تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ
وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ
لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
[1]
Sumber: alsofwah.or.id yang
menyalinnya dari Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul
Haq, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar